Pada hari ini aku dan keluargaku meluangkan waktu untuk
pergi jalan jalan sambil berolah raga. Tujuan kami adalah menikmati keindahan
pantai Padang Galak dan pantai Sanur. Hari minggu adalah hari yang ditunggu sama
anak anak, yang mana bangun pagi tidak dikejar kejar, bangun
pagi tanpa ocehan dari mama tercintanya, hari yang mana kegiatan bisa diawali lebih siang. Anak
anak puas membungkus diri dengan selimut sampai jam 7:00 pagi.
Pagi ini sangat cerah, tidak nampak mendung sedikitpun,
angin juga berhembus kencang sesuai dengan ramalan cuaca di google bright and windy. Anak
anak memulai aktifitas dengan mandi kemudian minum susu dan sedikit
roti, sisa makanan semalam. Aku sendiri seperti biasa sebelum mandi menikmati
kopi hitam manis yang khusus dibawa dari kampong, Kopi Robusta Organik, sangat
nikmat. Aku melihat istriku tercinta mempersiapkan segala sesuatu untuk kami
bawa ke pantai, seperti air minum, handuk kecil dan snack sebagai jaga jaga
bila anak anak kelaparan dalam perjalanan. Hari minggu yang ditunggu tunggu
sama keluarga sehingga kami dapat menikmati keindahan pantai Bali yang hangat.
Jalan keluar komplek perumahan masih sepi ketika kami
keluar. Hatiku merasa lega duduk
dibelakang kemudi dan mata dapat lebih
leluasa menikmati pemandangan dipinggir jalan. Segarnya udara di Pulau Dewata
pada pagi ini menambah kegembiraan pada keluarga kami. Kesegaran alami yang patut kita syukuri
sebagai anugrah Tuhan yang Esa. Anak anakku langsung berteriak dari tempat
duduk belakang karena aku lupa
menghidupkan radio. Mereka sudah terbiasa
mendengarkan lagu lagu yang bagus dari station favoritnya di kota Denpasar bila berangkat ke sekolah. Tuhan terimakasih atas segala anugerahmu. Dalam
keceriaan pagi ini aku terusik oleh sampah sampah dipinggir jalan atau bahkan
ada sampah plastic ditengah jalan. Aku juga melihat sampah sampah rumah tangga
masih banyak terkumpul dipinggir jalan. Sepertinya petugas pengangkut sampah belum
sampai kekomplek perumahan kami. Pada
beberapa tempat pengumpulan sampah banyak sampah yang sudah berhamburan akibat
diacak acak oleh anjing liar yang berusaha mendapatkan makanan diantara sampah
rumah tangga tersebut. Dasar anjing nakal. Hal ini sangat mengganggu pemandangan bagi pengguna jalan raya. Sampah yang
menumpuk juga menggangu penduduk yang
kebetulan tinggal tidak jauh dari tempat pengumpulan sampah. Keindahan pohon pohon kamboja yang banyak
ditanam di pinggir jalan raya menjadi berkurang karena sampah yang berserakan. Harumnya bunga kamboja jadi berkurang akibat bercampur dengan bau sampah.
Rendahnya kepedulian masyarakat terhadap kebersihan
lingkungan juga terlihat dari banyaknya sampah sampah terserak dipinggir jalan
raya, baik sampah plastic, sampah sampah
kertas dan sampah lainnya yang tercecer secara sembarangan. Adakalanya penduduk
membuang sampah secara sembarangan, tumpah sampai ke got/selokan air. Pemerintah
daerah juga kurang peduli dalam menyediakan tempat pembuangan sampah.
Kolaborasi Antara masyarakat dengan pemerintah dalam hal ini saling mendukung
untuk mengurangi keindahan Pulau Bali.
Kebersihan lingkungan tidak hanya menjadi tanggung jawab
penduduk lokal saja. Penduduk pendatang seharusnya juga ikut berpartisipasi
aktif dalam menjaga kebersihan lingkungan. Kebiasaan dan budaya lokal
seharusnya dihormati sebagai acuan dalam kehidupan sehari hari. Hari ini saya
melihat penduduk desa pekraman tetangga banjar melakukan kerja bakti guna membersihkan
lingkungan. Mereka secara bergotong royong, memotong rumput rumput liar,
memotong dahan kayu yang menjuntai ke jalan, membersihkan saluran air, dan mengumpulkan
sampah yang berserakan disepanjang jalan disekitar perkampungan mereka. Mereka
melakukan bersih bersih dengan hati yang riang dan saling bercengkrama, saling
mengakrabkan diri dengan tetangga.
Gotong royong di desa memiliki banyak makna bagi mereka. Dalam pengamatanku ada yang kurang elok pada
kegiatan tersebut. Penduduk pendatang
yang mengais rejeki didesa tersebut tidak
terlibat. Saya melihat warung sate siap siap buka, terlihat suami istri
bekerja seperti biasa. Ada juga saya lihat pedagang bakso asik
membersihkan rombongnya sebagai persiapan jualan hari ini. Saya khawatir mereka tidak terlibat karena
tidak dilibatkan atau mereka tidak ikut karena merasa bukan kewajiban mereka. Bila
mereka tidak dilibatkan karena mereka adalah pendatang menurut pendapat saya
kurang tepat. Mereka seharusnya dilibatkan dalam gotong royong membersihkan
desa. Bila mereka sudah diajak terlibat tetapi mereka tidak mau maka seharusnya
mereka ditegor dan disuruh terlibat bila masih mau tinggal di desa
tersebut. Semestinya mereka juga peduli
terhadap lingkungan dimana mereka tinggal. Di beberapa tempat di Denpasar para
pendatang sudah mulai tidak mengindahkan ketentuan adat yang berlaku yang mana
mereka sudah mulai memanfaatkan trotoar untuk berjualan. Begitupun penduduk
lokal karena iming iming ada pendapatan tambahan dari sewa tempat mulai dapat
menerima kondisi ini. Penduduk asli dan pendatang sama sama tidak peduli dengan keindahan dan kebersihan
lingkungan. Pada beberapa tempat yang
dulunya sisi jalan dihiasi oleh bunga kamboja atau bunga yang lain sekarang
sudah dihiasi oleh lapak lapak pedagang. Nasib Baliku yang mulai
memprihatinkan.
Ketika aku sedang asyik berbincang dengan anak anak sambil
menyetir, tiba tiba ada pengendara sepeda motor datang dari arah berlawanan
dengan menenteng tas plastic merah. Tanpa menguragi kecepatan tepat diatas
jembatan pengendara sepeda motor melemparkan tas plastiknya ke sungai. Gerakan
seperti dalam film film laga, tanpa ekspresi, tanpa bicara dan sttttttt cessssss. Tas plastic terbang dan jatuh ke
sungai. Aku sempat khawatir bila ada
orang dibawah sungai sana, pasti sangat marah apalagi bila kena kepalanya atau mungkin juga ada yang senang karena ada
yang menunggu lemparan sampah dibawah sana, menunggu plastic atau kaleng dari
logam. Aku berusaha menjelaskan kepada anak dan istriku bahwa apa yang
dilakukan oleh pengendara sepeda motor tersebut tidaklah benar.
Sepanjang perjalanan kami dari rumah sampai ditengah kota
pemandangan kami sangat terusik oleh menggunungnya sampah dipinggir jalan.
Rupanya petugas yang berkewajiban mengurus sampah juga kena sindrom hari
minggu. Ku lihat istriku disamping
geleng geleng kepala melihat keadaan ini. Aku berusaha menenangkan istriku dengan
mengatakan bahwa petugas sampah juga manusia, yang sekali dalam seminggu pasti
juga ingin bangun dan berangkat kerja agak siang. Tetapi istriku buru buru
memotong pembicaraanku dengan mengatakan bahwa hari hari biasa juga petugas
sampah sering terlambat dan keterlambatan mereka menimbulkan pekerjaan tambahan
bagi ibu ibu. “Lho koq bisa”,potongku. Istriku menjelaskan bila petugas sampah
terlambat datang maka sampah yang sudah ditempatkan di tempat sampah diluar
rumah sering kali menjadi tempat anjing anjing mencari sisa makanan dan sudah
pasti sampah tersebut di acak acak oleh binatang itu. Walau sudah ditutup,
tetap masih bisa dibuka ramai ramai oleh
anjing liar dan menjadi berantakan. Ibu ibu rumah tangga kembali harus merapikan
dan memasukkan sampah ketempatnya, bila tidak begitu maka petugas sampah juga
tidak akan mau mengambil sampah yang berserakan diluar tempatnya dengan alasan
keterbatasan waktu dan pasti tetap
berantakan.
Bali dikenal sebagai tujuan wisata sudah tidak asing lagi.
Banyak tempat tujuan wisata yang bisa dikunjungi. Para leluhur kami di Bali sudah mewariskan
budaya dan tempat tempat suci yang dibuat ditempat yang indah menawan sehingga
menjadi daya tarik tersendiri. Sistem pertanian yang diwariskan leluhur kami
juga menjadi magnet yang mampu menarik wisatan datang berkunjung. Dalam
perjalanan kepantai kami juga melewati persawahan. Hari ini aku melihat tanaman
padi yang tumbuh subur dan belum
berbuah, sangat hijau. Dalam perjalanan ke pantai Padang Galak aku melihat
beberapa kali penumpang mobil pribadi melemparkan plastic bekas pembungkus
makanan dan botol plastic kemasan air mineral keluar mobil.
Mereka melemparkan material seakan akan tidak ada orang lain dibelakang
mereka. Bila kita ingin Bali lebih lama
memberikan kenyamanan kepada wisatawan
semestinya kita harus lebih intensif memelihara lingkungan.
Ketika aku sampai di
pantai, sudah banyak pengunjung. Tempat parkir masih lapang sehingga aku dapat
memarkir mobil dengan cepat dan aman.
Anak anak sepertinya sudah tidak sabar dan segera keluar begitu mesin
mobil kumatikan. Matahari sudah kelihatan di ujung timur. Bangunan Pura yang
berada di ujung timur track terlihat indah dengan terpaan sinar matahari pagi.
Senang rasanya melihat anak anakku bergabung dengan wisatawan menikmati
keindahan pantai.Kami mulai jalan kaki dari pantai Padang Galak menuju kearah
barat, pantai Sanur. Deburan suara ombak
mengirim pesan kedamaian kepada para pengunjung pantai. Sudah pasti keceriaan dihari minggu ini
membuat hati menjadi segar. Ada yang
berolah raga berkelompok dan ada juga yang jalan kaki sendiri. Penat kepala yang
diakibatkan oleh beban kerja dari senin sampai sabtu terkikis. Tiba tiba
pikiranku terusik oleh keberadaann sungai yang bermuara dipantai. Pertanyaan
yang muncul adalah masih bersihkan air itu? Masih amankah air tersebut bila
mengenai kulit atau bahkan mata. Seperti kita pernah dengar bahwa beberapa kali
pantai yang menjadi tujuan wisata dipenuhi oleh material yang dikirim melalui
air sungai. Mudah mudahan generasi mendatang lebih peduli terhadap lingkungan. Untuk saat ini sudah pasti masih aman karena
belum ada keluhan dari masyarakat.
Tidak terasa kami sudah bolak balik pantai Padang
Galak-Sanur sebayak 2 kali dalam waktu 1 jam.
Anak anak berhenti duluan dan memilih berhenti tepat dilapak pedagang sate ikan. Mereka langsung memesan makanan buat mereka sementara
masih menambah setengah
putaran. Pantai yang indah dan
masih hijau, smoga keindahan ini jangan
cepat hilang akibat penambahan bangunan. Tak terasa pengunjungpun mulai
berkurang karena sinar matahari mulai
panas. Aku sendiri sangat mendukung
program Bali Green, dan seharusnya
pemerintah yang memiliki program tersebut tidak henti hentinya memberikan
pengertiandan pengarahan kepada masyarakat
dan pemerintah daerah juga harus menjadi teladan didalam mengaplikasikan
program Bali Green. Kebersihan,
kenyamanan, keamanan dan keindahan Pulau
Bali menjadi tanggung jawab masyarakat pulau Bali baik penduduk asli maupun
pendatang. Smoga Bali menjadi lebih baik. Selamat Pagi Baliku.
Pada hari ini aku dan keluargaku meluangkan waktu untuk
pergi jalan jalan sambil berolah raga. Tujuan kami adalah menikmati keindahan
pantai Padang Galak dan pantai Sanur. Hari minggu adalah hari yang ditunggu sama
anak anak, yang mana bangun pagi tidak dikejar kejar, bangun
pagi tanpa ocehan dari mama tercintanya, hari yang mana kegiatan bisa diawali lebih siang. Anak
anak puas membungkus diri dengan selimut sampai jam 7:00 pagi.
Pagi ini sangat cerah, tidak nampak mendung sedikitpun,
angin juga berhembus kencang sesuai dengan ramalan cuaca di google bright and windy. Anak
anak memulai aktifitas dengan mandi kemudian minum susu dan sedikit
roti, sisa makanan semalam. Aku sendiri seperti biasa sebelum mandi menikmati
kopi hitam manis yang khusus dibawa dari kampong, Kopi Robusta Organik, sangat
nikmat. Aku melihat istriku tercinta mempersiapkan segala sesuatu untuk kami
bawa ke pantai, seperti air minum, handuk kecil dan snack sebagai jaga jaga
bila anak anak kelaparan dalam perjalanan. Hari minggu yang ditunggu tunggu
sama keluarga sehingga kami dapat menikmati keindahan pantai Bali yang hangat.
Jalan keluar komplek perumahan masih sepi ketika kami
keluar. Hatiku merasa lega duduk
dibelakang kemudi dan mata dapat lebih
leluasa menikmati pemandangan dipinggir jalan. Segarnya udara di Pulau Dewata
pada pagi ini menambah kegembiraan pada keluarga kami. Kesegaran alami yang patut kita syukuri
sebagai anugrah Tuhan yang Esa. Anak anakku langsung berteriak dari tempat
duduk belakang karena aku lupa
menghidupkan radio. Mereka sudah terbiasa
mendengarkan lagu lagu yang bagus dari station favoritnya di kota Denpasar bila berangkat ke sekolah. Tuhan terimakasih atas segala anugerahmu. Dalam
keceriaan pagi ini aku terusik oleh sampah sampah dipinggir jalan atau bahkan
ada sampah plastic ditengah jalan. Aku juga melihat sampah sampah rumah tangga
masih banyak terkumpul dipinggir jalan. Sepertinya petugas pengangkut sampah belum
sampai kekomplek perumahan kami. Pada
beberapa tempat pengumpulan sampah banyak sampah yang sudah berhamburan akibat
diacak acak oleh anjing liar yang berusaha mendapatkan makanan diantara sampah
rumah tangga tersebut. Dasar anjing nakal. Hal ini sangat mengganggu pemandangan bagi pengguna jalan raya. Sampah yang
menumpuk juga menggangu penduduk yang
kebetulan tinggal tidak jauh dari tempat pengumpulan sampah. Keindahan pohon pohon kamboja yang banyak
ditanam di pinggir jalan raya menjadi berkurang karena sampah yang berserakan. Harumnya bunga kamboja jadi berkurang akibat bercampur dengan bau sampah.
Rendahnya kepedulian masyarakat terhadap kebersihan
lingkungan juga terlihat dari banyaknya sampah sampah terserak dipinggir jalan
raya, baik sampah plastic, sampah sampah
kertas dan sampah lainnya yang tercecer secara sembarangan. Adakalanya penduduk
membuang sampah secara sembarangan, tumpah sampai ke got/selokan air. Pemerintah
daerah juga kurang peduli dalam menyediakan tempat pembuangan sampah.
Kolaborasi Antara masyarakat dengan pemerintah dalam hal ini saling mendukung
untuk mengurangi keindahan Pulau Bali.
Kebersihan lingkungan tidak hanya menjadi tanggung jawab
penduduk lokal saja. Penduduk pendatang seharusnya juga ikut berpartisipasi
aktif dalam menjaga kebersihan lingkungan. Kebiasaan dan budaya lokal
seharusnya dihormati sebagai acuan dalam kehidupan sehari hari. Hari ini saya
melihat penduduk desa pekraman tetangga banjar melakukan kerja bakti guna membersihkan
lingkungan. Mereka secara bergotong royong, memotong rumput rumput liar,
memotong dahan kayu yang menjuntai ke jalan, membersihkan saluran air, dan mengumpulkan
sampah yang berserakan disepanjang jalan disekitar perkampungan mereka. Mereka
melakukan bersih bersih dengan hati yang riang dan saling bercengkrama, saling
mengakrabkan diri dengan tetangga.
Gotong royong di desa memiliki banyak makna bagi mereka. Dalam pengamatanku ada yang kurang elok pada
kegiatan tersebut. Penduduk pendatang
yang mengais rejeki didesa tersebut tidak
terlibat. Saya melihat warung sate siap siap buka, terlihat suami istri
bekerja seperti biasa. Ada juga saya lihat pedagang bakso asik
membersihkan rombongnya sebagai persiapan jualan hari ini. Saya khawatir mereka tidak terlibat karena
tidak dilibatkan atau mereka tidak ikut karena merasa bukan kewajiban mereka. Bila
mereka tidak dilibatkan karena mereka adalah pendatang menurut pendapat saya
kurang tepat. Mereka seharusnya dilibatkan dalam gotong royong membersihkan
desa. Bila mereka sudah diajak terlibat tetapi mereka tidak mau maka seharusnya
mereka ditegor dan disuruh terlibat bila masih mau tinggal di desa
tersebut. Semestinya mereka juga peduli
terhadap lingkungan dimana mereka tinggal. Di beberapa tempat di Denpasar para
pendatang sudah mulai tidak mengindahkan ketentuan adat yang berlaku yang mana
mereka sudah mulai memanfaatkan trotoar untuk berjualan. Begitupun penduduk
lokal karena iming iming ada pendapatan tambahan dari sewa tempat mulai dapat
menerima kondisi ini. Penduduk asli dan pendatang sama sama tidak peduli dengan keindahan dan kebersihan
lingkungan. Pada beberapa tempat yang
dulunya sisi jalan dihiasi oleh bunga kamboja atau bunga yang lain sekarang
sudah dihiasi oleh lapak lapak pedagang. Nasib Baliku yang mulai
memprihatinkan.
Ketika aku sedang asyik berbincang dengan anak anak sambil
menyetir, tiba tiba ada pengendara sepeda motor datang dari arah berlawanan
dengan menenteng tas plastic merah. Tanpa menguragi kecepatan tepat diatas
jembatan pengendara sepeda motor melemparkan tas plastiknya ke sungai. Gerakan
seperti dalam film film laga, tanpa ekspresi, tanpa bicara dan sttttttt cessssss. Tas plastic terbang dan jatuh ke
sungai. Aku sempat khawatir bila ada
orang dibawah sungai sana, pasti sangat marah apalagi bila kena kepalanya atau mungkin juga ada yang senang karena ada
yang menunggu lemparan sampah dibawah sana, menunggu plastic atau kaleng dari
logam. Aku berusaha menjelaskan kepada anak dan istriku bahwa apa yang
dilakukan oleh pengendara sepeda motor tersebut tidaklah benar.
Sepanjang perjalanan kami dari rumah sampai ditengah kota
pemandangan kami sangat terusik oleh menggunungnya sampah dipinggir jalan.
Rupanya petugas yang berkewajiban mengurus sampah juga kena sindrom hari
minggu. Ku lihat istriku disamping
geleng geleng kepala melihat keadaan ini. Aku berusaha menenangkan istriku dengan
mengatakan bahwa petugas sampah juga manusia, yang sekali dalam seminggu pasti
juga ingin bangun dan berangkat kerja agak siang. Tetapi istriku buru buru
memotong pembicaraanku dengan mengatakan bahwa hari hari biasa juga petugas
sampah sering terlambat dan keterlambatan mereka menimbulkan pekerjaan tambahan
bagi ibu ibu. “Lho koq bisa”,potongku. Istriku menjelaskan bila petugas sampah
terlambat datang maka sampah yang sudah ditempatkan di tempat sampah diluar
rumah sering kali menjadi tempat anjing anjing mencari sisa makanan dan sudah
pasti sampah tersebut di acak acak oleh binatang itu. Walau sudah ditutup,
tetap masih bisa dibuka ramai ramai oleh
anjing liar dan menjadi berantakan. Ibu ibu rumah tangga kembali harus merapikan
dan memasukkan sampah ketempatnya, bila tidak begitu maka petugas sampah juga
tidak akan mau mengambil sampah yang berserakan diluar tempatnya dengan alasan
keterbatasan waktu dan pasti tetap
berantakan.
Bali dikenal sebagai tujuan wisata sudah tidak asing lagi.
Banyak tempat tujuan wisata yang bisa dikunjungi. Para leluhur kami di Bali sudah mewariskan
budaya dan tempat tempat suci yang dibuat ditempat yang indah menawan sehingga
menjadi daya tarik tersendiri. Sistem pertanian yang diwariskan leluhur kami
juga menjadi magnet yang mampu menarik wisatan datang berkunjung. Dalam
perjalanan kepantai kami juga melewati persawahan. Hari ini aku melihat tanaman
padi yang tumbuh subur dan belum
berbuah, sangat hijau. Dalam perjalanan ke pantai Padang Galak aku melihat
beberapa kali penumpang mobil pribadi melemparkan plastic bekas pembungkus
makanan dan botol plastic kemasan air mineral keluar mobil.
Mereka melemparkan material seakan akan tidak ada orang lain dibelakang
mereka. Bila kita ingin Bali lebih lama
memberikan kenyamanan kepada wisatawan
semestinya kita harus lebih intensif memelihara lingkungan.
Ketika aku sampai di
pantai, sudah banyak pengunjung. Tempat parkir masih lapang sehingga aku dapat
memarkir mobil dengan cepat dan aman.
Anak anak sepertinya sudah tidak sabar dan segera keluar begitu mesin
mobil kumatikan. Matahari sudah kelihatan di ujung timur. Bangunan Pura yang
berada di ujung timur track terlihat indah dengan terpaan sinar matahari pagi.
Senang rasanya melihat anak anakku bergabung dengan wisatawan menikmati
keindahan pantai.Kami mulai jalan kaki dari pantai Padang Galak menuju kearah
barat, pantai Sanur. Deburan suara ombak
mengirim pesan kedamaian kepada para pengunjung pantai. Sudah pasti keceriaan dihari minggu ini
membuat hati menjadi segar. Ada yang
berolah raga berkelompok dan ada juga yang jalan kaki sendiri. Penat kepala yang
diakibatkan oleh beban kerja dari senin sampai sabtu terkikis. Tiba tiba
pikiranku terusik oleh keberadaann sungai yang bermuara dipantai. Pertanyaan
yang muncul adalah masih bersihkan air itu? Masih amankah air tersebut bila
mengenai kulit atau bahkan mata. Seperti kita pernah dengar bahwa beberapa kali
pantai yang menjadi tujuan wisata dipenuhi oleh material yang dikirim melalui
air sungai. Mudah mudahan generasi mendatang lebih peduli terhadap lingkungan. Untuk saat ini sudah pasti masih aman karena
belum ada keluhan dari masyarakat.
Tidak terasa kami sudah bolak balik pantai Padang
Galak-Sanur sebayak 2 kali dalam waktu 1 jam.
Anak anak berhenti duluan dan memilih berhenti tepat dilapak pedagang sate ikan. Mereka langsung memesan makanan buat mereka sementara
masih menambah setengah
putaran. Pantai yang indah dan
masih hijau, smoga keindahan ini jangan
cepat hilang akibat penambahan bangunan. Tak terasa pengunjungpun mulai
berkurang karena sinar matahari mulai
panas. Aku sendiri sangat mendukung
program Bali Green, dan seharusnya
pemerintah yang memiliki program tersebut tidak henti hentinya memberikan
pengertiandan pengarahan kepada masyarakat
dan pemerintah daerah juga harus menjadi teladan didalam mengaplikasikan
program Bali Green. Kebersihan,
kenyamanan, keamanan dan keindahan Pulau
Bali menjadi tanggung jawab masyarakat pulau Bali baik penduduk asli maupun
pendatang. Smoga Bali menjadi lebih baik. Selamat Pagi Baliku.
Pada hari ini aku dan keluargaku meluangkan waktu untuk
pergi jalan jalan sambil berolah raga. Tujuan kami adalah menikmati keindahan
pantai Padang Galak dan pantai Sanur. Hari minggu adalah hari yang ditunggu sama
anak anak, yang mana bangun pagi tidak dikejar kejar, bangun
pagi tanpa ocehan dari mama tercintanya, hari yang mana kegiatan bisa diawali lebih siang. Anak
anak puas membungkus diri dengan selimut sampai jam 7:00 pagi.
Pagi ini sangat cerah, tidak nampak mendung sedikitpun,
angin juga berhembus kencang sesuai dengan ramalan cuaca di google bright and windy. Anak
anak memulai aktifitas dengan mandi kemudian minum susu dan sedikit
roti, sisa makanan semalam. Aku sendiri seperti biasa sebelum mandi menikmati
kopi hitam manis yang khusus dibawa dari kampong, Kopi Robusta Organik, sangat
nikmat. Aku melihat istriku tercinta mempersiapkan segala sesuatu untuk kami
bawa ke pantai, seperti air minum, handuk kecil dan snack sebagai jaga jaga
bila anak anak kelaparan dalam perjalanan. Hari minggu yang ditunggu tunggu
sama keluarga sehingga kami dapat menikmati keindahan pantai Bali yang hangat.
Jalan keluar komplek perumahan masih sepi ketika kami
keluar. Hatiku merasa lega duduk
dibelakang kemudi dan mata dapat lebih
leluasa menikmati pemandangan dipinggir jalan. Segarnya udara di Pulau Dewata
pada pagi ini menambah kegembiraan pada keluarga kami. Kesegaran alami yang patut kita syukuri
sebagai anugrah Tuhan yang Esa. Anak anakku langsung berteriak dari tempat
duduk belakang karena aku lupa
menghidupkan radio. Mereka sudah terbiasa
mendengarkan lagu lagu yang bagus dari station favoritnya di kota Denpasar bila berangkat ke sekolah. Tuhan terimakasih atas segala anugerahmu. Dalam
keceriaan pagi ini aku terusik oleh sampah sampah dipinggir jalan atau bahkan
ada sampah plastic ditengah jalan. Aku juga melihat sampah sampah rumah tangga
masih banyak terkumpul dipinggir jalan. Sepertinya petugas pengangkut sampah belum
sampai kekomplek perumahan kami. Pada
beberapa tempat pengumpulan sampah banyak sampah yang sudah berhamburan akibat
diacak acak oleh anjing liar yang berusaha mendapatkan makanan diantara sampah
rumah tangga tersebut. Dasar anjing nakal. Hal ini sangat mengganggu pemandangan bagi pengguna jalan raya. Sampah yang
menumpuk juga menggangu penduduk yang
kebetulan tinggal tidak jauh dari tempat pengumpulan sampah. Keindahan pohon pohon kamboja yang banyak
ditanam di pinggir jalan raya menjadi berkurang karena sampah yang berserakan. Harumnya bunga kamboja jadi berkurang akibat bercampur dengan bau sampah.
Rendahnya kepedulian masyarakat terhadap kebersihan
lingkungan juga terlihat dari banyaknya sampah sampah terserak dipinggir jalan
raya, baik sampah plastic, sampah sampah
kertas dan sampah lainnya yang tercecer secara sembarangan. Adakalanya penduduk
membuang sampah secara sembarangan, tumpah sampai ke got/selokan air. Pemerintah
daerah juga kurang peduli dalam menyediakan tempat pembuangan sampah.
Kolaborasi Antara masyarakat dengan pemerintah dalam hal ini saling mendukung
untuk mengurangi keindahan Pulau Bali.
Kebersihan lingkungan tidak hanya menjadi tanggung jawab
penduduk lokal saja. Penduduk pendatang seharusnya juga ikut berpartisipasi
aktif dalam menjaga kebersihan lingkungan. Kebiasaan dan budaya lokal
seharusnya dihormati sebagai acuan dalam kehidupan sehari hari. Hari ini saya
melihat penduduk desa pekraman tetangga banjar melakukan kerja bakti guna membersihkan
lingkungan. Mereka secara bergotong royong, memotong rumput rumput liar,
memotong dahan kayu yang menjuntai ke jalan, membersihkan saluran air, dan mengumpulkan
sampah yang berserakan disepanjang jalan disekitar perkampungan mereka. Mereka
melakukan bersih bersih dengan hati yang riang dan saling bercengkrama, saling
mengakrabkan diri dengan tetangga.
Gotong royong di desa memiliki banyak makna bagi mereka. Dalam pengamatanku ada yang kurang elok pada
kegiatan tersebut. Penduduk pendatang
yang mengais rejeki didesa tersebut tidak
terlibat. Saya melihat warung sate siap siap buka, terlihat suami istri
bekerja seperti biasa. Ada juga saya lihat pedagang bakso asik
membersihkan rombongnya sebagai persiapan jualan hari ini. Saya khawatir mereka tidak terlibat karena
tidak dilibatkan atau mereka tidak ikut karena merasa bukan kewajiban mereka. Bila
mereka tidak dilibatkan karena mereka adalah pendatang menurut pendapat saya
kurang tepat. Mereka seharusnya dilibatkan dalam gotong royong membersihkan
desa. Bila mereka sudah diajak terlibat tetapi mereka tidak mau maka seharusnya
mereka ditegor dan disuruh terlibat bila masih mau tinggal di desa
tersebut. Semestinya mereka juga peduli
terhadap lingkungan dimana mereka tinggal. Di beberapa tempat di Denpasar para
pendatang sudah mulai tidak mengindahkan ketentuan adat yang berlaku yang mana
mereka sudah mulai memanfaatkan trotoar untuk berjualan. Begitupun penduduk
lokal karena iming iming ada pendapatan tambahan dari sewa tempat mulai dapat
menerima kondisi ini. Penduduk asli dan pendatang sama sama tidak peduli dengan keindahan dan kebersihan
lingkungan. Pada beberapa tempat yang
dulunya sisi jalan dihiasi oleh bunga kamboja atau bunga yang lain sekarang
sudah dihiasi oleh lapak lapak pedagang. Nasib Baliku yang mulai
memprihatinkan.
Ketika aku sedang asyik berbincang dengan anak anak sambil
menyetir, tiba tiba ada pengendara sepeda motor datang dari arah berlawanan
dengan menenteng tas plastic merah. Tanpa menguragi kecepatan tepat diatas
jembatan pengendara sepeda motor melemparkan tas plastiknya ke sungai. Gerakan
seperti dalam film film laga, tanpa ekspresi, tanpa bicara dan sttttttt cessssss. Tas plastic terbang dan jatuh ke
sungai. Aku sempat khawatir bila ada
orang dibawah sungai sana, pasti sangat marah apalagi bila kena kepalanya atau mungkin juga ada yang senang karena ada
yang menunggu lemparan sampah dibawah sana, menunggu plastic atau kaleng dari
logam. Aku berusaha menjelaskan kepada anak dan istriku bahwa apa yang
dilakukan oleh pengendara sepeda motor tersebut tidaklah benar.
Sepanjang perjalanan kami dari rumah sampai ditengah kota
pemandangan kami sangat terusik oleh menggunungnya sampah dipinggir jalan.
Rupanya petugas yang berkewajiban mengurus sampah juga kena sindrom hari
minggu. Ku lihat istriku disamping
geleng geleng kepala melihat keadaan ini. Aku berusaha menenangkan istriku dengan
mengatakan bahwa petugas sampah juga manusia, yang sekali dalam seminggu pasti
juga ingin bangun dan berangkat kerja agak siang. Tetapi istriku buru buru
memotong pembicaraanku dengan mengatakan bahwa hari hari biasa juga petugas
sampah sering terlambat dan keterlambatan mereka menimbulkan pekerjaan tambahan
bagi ibu ibu. “Lho koq bisa”,potongku. Istriku menjelaskan bila petugas sampah
terlambat datang maka sampah yang sudah ditempatkan di tempat sampah diluar
rumah sering kali menjadi tempat anjing anjing mencari sisa makanan dan sudah
pasti sampah tersebut di acak acak oleh binatang itu. Walau sudah ditutup,
tetap masih bisa dibuka ramai ramai oleh
anjing liar dan menjadi berantakan. Ibu ibu rumah tangga kembali harus merapikan
dan memasukkan sampah ketempatnya, bila tidak begitu maka petugas sampah juga
tidak akan mau mengambil sampah yang berserakan diluar tempatnya dengan alasan
keterbatasan waktu dan pasti tetap
berantakan.
Bali dikenal sebagai tujuan wisata sudah tidak asing lagi.
Banyak tempat tujuan wisata yang bisa dikunjungi. Para leluhur kami di Bali sudah mewariskan
budaya dan tempat tempat suci yang dibuat ditempat yang indah menawan sehingga
menjadi daya tarik tersendiri. Sistem pertanian yang diwariskan leluhur kami
juga menjadi magnet yang mampu menarik wisatan datang berkunjung. Dalam
perjalanan kepantai kami juga melewati persawahan. Hari ini aku melihat tanaman
padi yang tumbuh subur dan belum
berbuah, sangat hijau. Dalam perjalanan ke pantai Padang Galak aku melihat
beberapa kali penumpang mobil pribadi melemparkan plastic bekas pembungkus
makanan dan botol plastic kemasan air mineral keluar mobil.
Mereka melemparkan material seakan akan tidak ada orang lain dibelakang
mereka. Bila kita ingin Bali lebih lama
memberikan kenyamanan kepada wisatawan
semestinya kita harus lebih intensif memelihara lingkungan.
Ketika aku sampai di
pantai, sudah banyak pengunjung. Tempat parkir masih lapang sehingga aku dapat
memarkir mobil dengan cepat dan aman.
Anak anak sepertinya sudah tidak sabar dan segera keluar begitu mesin
mobil kumatikan. Matahari sudah kelihatan di ujung timur. Bangunan Pura yang
berada di ujung timur track terlihat indah dengan terpaan sinar matahari pagi.
Senang rasanya melihat anak anakku bergabung dengan wisatawan menikmati
keindahan pantai.Kami mulai jalan kaki dari pantai Padang Galak menuju kearah
barat, pantai Sanur. Deburan suara ombak
mengirim pesan kedamaian kepada para pengunjung pantai. Sudah pasti keceriaan dihari minggu ini
membuat hati menjadi segar. Ada yang
berolah raga berkelompok dan ada juga yang jalan kaki sendiri. Penat kepala yang
diakibatkan oleh beban kerja dari senin sampai sabtu terkikis. Tiba tiba
pikiranku terusik oleh keberadaann sungai yang bermuara dipantai. Pertanyaan
yang muncul adalah masih bersihkan air itu? Masih amankah air tersebut bila
mengenai kulit atau bahkan mata. Seperti kita pernah dengar bahwa beberapa kali
pantai yang menjadi tujuan wisata dipenuhi oleh material yang dikirim melalui
air sungai. Mudah mudahan generasi mendatang lebih peduli terhadap lingkungan. Untuk saat ini sudah pasti masih aman karena
belum ada keluhan dari masyarakat.
Tidak terasa kami sudah bolak balik pantai Padang
Galak-Sanur sebayak 2 kali dalam waktu 1 jam.
Anak anak berhenti duluan dan memilih berhenti tepat dilapak pedagang sate ikan. Mereka langsung memesan makanan buat mereka sementara
masih menambah setengah
putaran. Pantai yang indah dan
masih hijau, smoga keindahan ini jangan
cepat hilang akibat penambahan bangunan. Tak terasa pengunjungpun mulai
berkurang karena sinar matahari mulai
panas. Aku sendiri sangat mendukung
program Bali Green, dan seharusnya
pemerintah yang memiliki program tersebut tidak henti hentinya memberikan
pengertiandan pengarahan kepada masyarakat
dan pemerintah daerah juga harus menjadi teladan didalam mengaplikasikan
program Bali Green. Kebersihan,
kenyamanan, keamanan dan keindahan Pulau
Bali menjadi tanggung jawab masyarakat pulau Bali baik penduduk asli maupun
pendatang. Smoga Bali menjadi lebih baik. Selamat Pagi Baliku.
No comments:
Post a Comment