KAMBING – KAMBING
Kambing adalah sebuah kata yang selalu
muncul dalam percakapanku dengan keluarga, percakapan dengan anak dan istri,
percakapan dengan tetangga atau percakapan dengan ayah ibuku. Kambing adalah gambar binatang yang selalu menghiasi
pikiranku. Setiap membayangkan gambar selalu muncul gambar kepala binatang
dengan kuping yang menjuntai kebawah, tanduk kecil yang menelikung kebelakang,
gambar tentang janggut panjang yang terjun bebas. Sosok yang berdiri tegap, kaki yang kokoh
menopang badan, wajah angkuh dan cuek dengan ekor yang kecil, itulah kambing jantan yang terbayang
dalam benakku. Kambing adalah bahan percakapanku setiap aku diajak berbincang
bincang tentang binatang peliharaan. Semua hiruk pikuk diskusi tentang anjing
ras, pit bull, Siberian , pomerian dan kucing Persia lenyap tak berbekas bila
aku memotong diskusi dengan kata Kambing.
Segala pernak pernik keindahan yang disampaikan sahabat tentang
keindahan binatang kesayangan selalu lenyap bila aku membayangkan wajah
kambing. Kulit dengan bulu yang panjang
dan memamerkan gigi yang berbaris rapi bila nyengir menambah kewibawaanmu
sebagai binantang, kambing kambing.
Bila hendak melepas kejenuhan
akibat pekerjaan atau anak-anak perlu refreshing kami sekeluarga biasa jalan jalan didalam
kota dengan mobil butut yang kami miliki. Melintasi gedung gedung besar dan
megah tetapi kurang fungsional sering aku berkelakar kepada anak anak bahwa
suatu saat nanti aku akan beli gedung besar dipinggir jalan itu. Suatu ketika melintasi jalan besar dimana disisi
kiri dan kanan banyak gedung yang megah
tetapi kurang fungsional maka aku bilang sama anak anak bila aku punya
jabatan kelak aku alihfungsikan gedung yang kurang bermanfaat tersebut untuk
fungsi yang lain. Pada suatu hari yang lalu ketika kami melintasi wilayah
perkantoran dimana halaman kantor banyak ditanami pohon, udara menjadi begitu sejuk bagi yang
lewat aku bertanya sama anak anak;
apakah kalian yakin mereka yang ada didalam kantor itu semuanya lagi bekerja
untuk kemakmuran rakyat? Anak anakku serempak menjawab tidak. Aku kaget…, aku kaget bukan karena jawabannya sama dengan apa yang
aku pikirkan, tetapi Aku kaget karena
anak-anakku masih kecil kecil yang mengatakan hal tersebut, yang paling besar
baru sekolah di Sekolah Menengah Pertama.
Hi , kalian yang didalam gedung
sana hati hati ya, anak kecil saja sudah menaruh rasa curiga terhadap apa yang
kalian kerjakan. Lalu aku bilang sama
anak anak; bila papa punya uang yang banyak papa akan beli gedung itu. Anak anak
bertanya untuk apa papa beli gedung tersebut, aku jawab untuk pelihara kambing.
Anak anakku tertawa semua. Ketika melintas di jalan utama dimana terdapat
showroom mobil mewah saya bilang sama anak anak papa mau beli gedung tersebut.
Serempak anak anakku bertanya; untuk apa papa? Aku bilang untuk showroom
kambing. Anak anakku serempak mengatakan , dasar kepala kambing. Kambing kambing. Coba kita bayangkan bila
jualan kambing kita ubah formatnya tidak seperti format jualan dipasar
hewan. Di dalam pasar hewan kambing
dijual dalam keadaan lapar, berbau dan
kotor. Dalam angan anganku muncul
gambaran kambing yang djual didalam showroom,
kambing sudah dimandikan, berbau harum , pembeli dilayani oleh
pramuniaga yang cuantik cuantik dan ganteng. Pasti masyarakat akan menaruh
minat yang lebih tinggi untuk pelihara hewan seperti sapi, kambing, kelinci,
anjing dan lain lain.
Pada suatu hari kami sekeluarga
jalan –jalan pagi berolahraga dipinggir pantai, dimana ada track khusus yang
dibuat oleh Pemerintah daerah untuk jalan kaki. Pagi itu ramai sekali orang
yang berolah raga, tepi sebelah dalam dari track tumbuh rumput liar yang
walaupun tidak ditata mash tampak asri. Pantai tersebut bernama pantai Padang
Galak. Bentangan track dibuat sepanjang pantai mulai dari Pantai Sanur ketimur
sampai Pantai Padang Galak. Pejalan kaki
tidak hanya berasal dari penduduk lokal
tetapi ada juga wisatawan dari luar negeri. Pantai Padang Galak juga
dikenal sebagai tempat lomba layang layang. Kegiatan lomba layang layang tidak
hanya mengundang para peserta lomba tetapi juga mengundang para pedagang
makanan dan minuman. Yang paling menjengkelkan dari semua kegiatan disepanjang
pantai Padang Galak adalah sampah. Masyarakat pengguna fasilitas umum tersebut
seakan tidak peduli dengan kebersihan lingkungan. Sampah berserakan dimana
mana, baik sampah dari kertas, sampah plastic dan sampah sampah dari sisa
makanan. Hal ini sangat bertentangan dengan semboyan Bali Green yang digadang
gadang oleh pemerintah daerah Bali. Masyarakat seakan akan berlomba lomba
membuang sampah dipinggir pantai. Ketika sedang terbengong bengong melihat
sampah, salah satu anakku bertanya ; mikir apa pa? Sepontan aku menjawab ,
“seandainya ada kambing dan sapi yang berkeliaran disepanjang bibir pantai ini
mungkin pemandangan menjadi lebih indah”.
“Dasar Kepala Kambing” kata anakku.
Ketika hiruk pikuk daging impor
ditayangkan oleh stasion TV, komentar masyarakat beraneka ragam. Banyak
kalangan yang terlibat dalam cerita bersambung dengan judul Kuota Daging
Impor, mulai dari politisi, selebriti, artis dan pejabat pemerintah. Negeri yang subur ini dengan jumlah penduduk yang melimpah
harus membeli daging dari luar negeri hanya karena produksi daging tidak
mencukupi. Uniknya lagi bahwa banyak oknum yang mengatas namakan kepentingan
rakyat banyak mengambil keuntungan dari
keadaan ini. Mereka mengutip rupiah dari hanya sekedar lobi lobi. Lebih parah
lagi bahwa beberapa oknum mengatas namakan kepentingan hari raya mengambil
keuntunggan sebanyak banyaknya dalam mengurus daging impor. Mungkinkah negeri
yang subur dan luas ini mampu
menyediakan sumber protein bagi
masyarakatnya? Daging Sapi dan daging kambing masih harus diimpor.
Walah…..walah, tanah masih luas dan masih ada tanah yang kurang produktif
dinegeri ini. Mengapa aku tidak terlibat dalam kekisruhan daging ini. Oleh
karena itu telah kuputuskan untuk terlibat.
“Papa mau bikin apa dengan daging impor?” Tanya anakku.
No comments:
Post a Comment