Tuesday, November 12, 2013

Kepala Kambing

1
KAMBING – KAMBING

          Kambing adalah sebuah kata yang selalu muncul dalam percakapanku dengan keluarga, percakapan dengan anak dan istri, percakapan dengan tetangga atau percakapan dengan ayah ibuku.  Kambing adalah gambar binatang yang selalu menghiasi pikiranku. Setiap membayangkan gambar selalu muncul gambar kepala binatang dengan kuping yang menjuntai kebawah, tanduk kecil yang menelikung kebelakang, gambar tentang janggut panjang yang terjun bebas.  Sosok yang berdiri tegap, kaki yang kokoh menopang badan,  wajah angkuh  dan cuek dengan ekor yang  kecil, itulah kambing jantan yang terbayang dalam benakku. Kambing adalah bahan percakapanku setiap aku diajak berbincang bincang tentang binatang peliharaan. Semua hiruk pikuk diskusi tentang anjing ras, pit bull, Siberian , pomerian dan kucing Persia lenyap tak berbekas bila aku memotong diskusi dengan kata Kambing.  Segala pernak pernik keindahan yang disampaikan sahabat tentang keindahan binatang kesayangan selalu lenyap bila aku membayangkan wajah kambing.  Kulit dengan bulu yang panjang dan memamerkan gigi yang berbaris rapi bila nyengir menambah kewibawaanmu sebagai binantang, kambing kambing.
Bila hendak melepas kejenuhan akibat pekerjaan atau anak-anak perlu refreshing  kami sekeluarga biasa jalan jalan didalam kota dengan mobil butut yang kami miliki. Melintasi gedung gedung besar dan megah tetapi kurang fungsional sering aku berkelakar kepada anak anak bahwa suatu saat nanti aku akan beli gedung besar dipinggir jalan itu. Suatu  ketika melintasi jalan besar dimana disisi kiri dan kanan banyak gedung yang megah  tetapi kurang fungsional maka aku bilang sama anak anak bila aku punya jabatan kelak aku alihfungsikan gedung yang kurang bermanfaat tersebut untuk fungsi yang lain. Pada suatu hari yang lalu ketika kami melintasi wilayah perkantoran dimana halaman kantor banyak ditanami pohon,  udara menjadi begitu sejuk bagi yang lewat  aku bertanya sama anak anak; apakah kalian yakin mereka yang ada didalam kantor itu semuanya lagi bekerja untuk kemakmuran rakyat? Anak anakku serempak menjawab tidak.  Aku kaget…, aku kaget  bukan karena jawabannya sama dengan apa yang aku pikirkan, tetapi  Aku kaget karena anak-anakku masih kecil kecil yang mengatakan hal tersebut, yang paling besar baru sekolah di Sekolah Menengah Pertama.  Hi ,    kalian yang didalam gedung sana hati hati ya, anak kecil saja sudah menaruh rasa curiga terhadap apa yang kalian kerjakan.  Lalu aku bilang sama anak anak; bila papa punya uang yang banyak papa akan beli gedung itu. Anak anak bertanya untuk apa papa beli gedung tersebut, aku jawab untuk pelihara kambing. Anak anakku tertawa semua. Ketika melintas di jalan utama dimana terdapat showroom mobil mewah saya bilang sama anak anak papa mau beli gedung tersebut. Serempak anak anakku bertanya; untuk apa papa? Aku bilang untuk showroom kambing. Anak anakku serempak mengatakan , dasar kepala kambing.  Kambing kambing. Coba kita bayangkan bila jualan kambing kita ubah formatnya tidak seperti format jualan dipasar hewan.  Di dalam pasar hewan kambing dijual dalam keadaan lapar, berbau  dan kotor.  Dalam angan anganku muncul gambaran kambing yang djual didalam showroom,  kambing sudah dimandikan, berbau harum , pembeli dilayani oleh pramuniaga yang cuantik cuantik dan ganteng. Pasti masyarakat akan menaruh minat yang lebih tinggi untuk pelihara hewan seperti sapi, kambing, kelinci, anjing dan lain lain.
Pada suatu hari kami sekeluarga jalan –jalan pagi berolahraga dipinggir pantai, dimana ada track khusus yang dibuat oleh Pemerintah daerah untuk jalan kaki. Pagi itu ramai sekali orang yang berolah raga, tepi sebelah dalam dari track tumbuh rumput liar yang walaupun tidak ditata mash tampak asri. Pantai tersebut bernama pantai Padang Galak. Bentangan track dibuat sepanjang pantai mulai dari Pantai Sanur ketimur sampai Pantai Padang Galak.  Pejalan kaki tidak hanya berasal dari penduduk lokal  tetapi ada juga wisatawan dari luar negeri. Pantai Padang Galak juga dikenal sebagai tempat lomba layang layang. Kegiatan lomba layang layang tidak hanya mengundang para peserta lomba tetapi juga mengundang para pedagang makanan dan minuman. Yang paling menjengkelkan dari semua kegiatan disepanjang pantai Padang Galak adalah sampah. Masyarakat pengguna fasilitas umum tersebut seakan tidak peduli dengan kebersihan lingkungan. Sampah berserakan dimana mana, baik sampah dari kertas, sampah plastic dan sampah sampah dari sisa makanan. Hal ini sangat bertentangan  dengan semboyan Bali Green yang digadang gadang oleh pemerintah daerah Bali. Masyarakat seakan akan berlomba lomba membuang sampah dipinggir pantai. Ketika sedang terbengong bengong melihat sampah, salah satu anakku bertanya ; mikir apa pa? Sepontan aku menjawab , “seandainya ada kambing dan sapi yang berkeliaran disepanjang bibir pantai ini mungkin pemandangan menjadi lebih indah”.  “Dasar Kepala Kambing” kata anakku.
Ketika hiruk pikuk daging impor ditayangkan oleh stasion TV, komentar masyarakat beraneka ragam.  Banyak  kalangan yang terlibat dalam cerita bersambung dengan judul Kuota Daging Impor, mulai dari politisi, selebriti, artis dan pejabat pemerintah.  Negeri yang subur  ini dengan jumlah penduduk yang melimpah harus membeli daging dari luar negeri hanya karena produksi daging tidak mencukupi. Uniknya lagi bahwa banyak oknum yang mengatas namakan kepentingan rakyat banyak  mengambil keuntungan dari keadaan ini. Mereka mengutip rupiah dari hanya sekedar lobi lobi. Lebih parah lagi bahwa beberapa oknum mengatas namakan kepentingan hari raya mengambil keuntunggan sebanyak banyaknya dalam mengurus daging impor. Mungkinkah negeri yang  subur dan luas ini mampu menyediakan sumber  protein bagi masyarakatnya?  Daging Sapi  dan daging kambing masih harus diimpor. Walah…..walah, tanah masih luas dan masih ada tanah yang kurang produktif dinegeri ini. Mengapa aku tidak terlibat dalam kekisruhan daging ini. Oleh karena itu telah kuputuskan untuk terlibat.  “Papa mau bikin apa dengan daging impor?” Tanya anakku.

“Tidak, papa mau pelihara kambing”.  Kambing    kambing   and  kambing.




No comments:

Post a Comment