Sampah
digunakan sebagai makanan ternak, siapa yang melarang? Sampah sebagai makan
ternak justru dianjurkan. Pada musim kering seperti sekarang para peternak justru sangat dibantu oleh sampah.
Eittttt……., jangan buru buru merasa jijik mendengar kata sampah, apalagi bila
sampah digunakan sebagai makan ternak. Sampah yang digunakan bukan seperti yang
penah ditayangkan oleh salah satu stasion TV yang mana ternak sapi atau yang
lain berebut makan sampah pada tumpukan sampah di TPA (tempat pembuangan
akhir).
Sampah yang digunakan sebagai makanan
ternak adalah sampah yang merupakan produk sampingan yang dihasilkan oleh petani
didalam menghasilkan produk pertanian
mereka. Sampah tersebut bisa merupakan hasil seleksi dari buah yang tidak masuk
dalam katagori layak jual atau kulit buah yang tidak dapat dimakan oleh
manusia. Sampah juga dapat dihasilkan oleh petani yang membersihkan tanaman
utama atau hasil dari menyiangi rumput baik dikebun atau disawah. Kalau kita
memelihara ternak dalam jumlah yang sedikit tentunya sampah sampah yang
dihasilkan oleh petani tersebut cukup membantu dalam menghadapi musim kering
ini.
Sampah sampah yang baik untuk ternak
harus memenuhi persyaratan yang layak dimakan oleh ternak yaitu sampah bebas
dari cacing atau telor cacing dan juga bakteri. Caranya adalah membersihkan
sampah tersebut sebelum dimakan atau menyimpan pada tempat yang bersih. Sampah
sampah pertanian juga perlu diperhatikan kebersihannya terutama bebas dari pestisida
guna menghindari ternak keracunan atau bahkan mati. Kreatifitas para peternak
dalam memenuhi kebutuhan pakan ternak pada musim kemarau ini patut diacungi
jempol, saya banyak melihat peternak tetap dapat mempertahankan jumlah
ternaknya walau rumput yang biasa mereka gunakan sudah sangat minim.
Sampah pertanian yang banyak
digunakan sebagai pakan ternak antara lain kulit cacao, kulit kopi, tandon buah pisang, kulit
durian, bungkil jagung, bungkil kedelai. Tanaman rumput liar yang dihasilkan
dalam membersihkan kebun kopi atau kebun cengkeh juga bisa diberikan kepada
ternak. Untuk lebih baik dalam mengelola sampah/limbah pertanian sebagai pakan
ternak alangkah baiknya bila peternak menggunakan teknologi pengolahan pakan
ternak sebelum limbah limbah tersebut digunakan sebagai pakan ternak. Banyak
alternative teknologi pengolahan pakan ternak yang bisa dipilih oleh petani,
tergantung pada skala besar kecilnya bahan baku yang diolah. Sebaiknya
pihak-pihak yang peduli kepada nasib para peternak kecil memberikan bekal
pengetahuan dan bekal keterampilan kepada peternak. Jika ini terjadi maka
diharapkan peternak mampu mempertahankan ternaknya pada musim kemarau. Kita
tidak lagi mendengar peternak menjual ternaknya karena tidak tersedia pakan
yang cukup pada musim kering. Sebaliknya peternak juga jangan imun mengadopsi
cara cara yang efisien didalam beternak. Sering kita dengar peternak tidak mau
mengadopsi suatu cara dengan alasan malas belajar, ribet dan menurut mereka
terlalu teoritis padahal mereka belum mencoba. Pengelolaan rumput pakan ternak
juga belum optimal pada masa kini yang mana rumput pakan melimpah ketika musim
hujan dan tidak cukup pada musim kemarau.
Kami menaruh harapan kepada para
generasi muda yang masih belajar atau kepada para akademisi mau dan mampu
menularkan ilmu mereka kepada para peternak sehingga jurang pemisah antara
teori dengan praktik dilapangan bisa didekatkan. Banyak sarjana peternakan yang
ilmunya tidak dapat diserap oleh masyarakat, banyak juga sarjana peternakan
yang bekerjanya disektor lain karena berbagai alasan oleh karena itu kami
berharap agar sebelum menamatkan pendidikan para calon sarjana peternakan
memberikan sedikit ilmu terapan kepada peternak kecil didesa desa. Masyarakat
kecil tentunya akan sangat beterimakasih jika kemajuan teknologi peternakan
bisa membantu meringankan pekerjaan mereka. Kami peternak kambing di desa
Padangan berharap ada calon sarjana atau akademisi dibidang peternakan mau
membagi ilmu mereka……amin.
No comments:
Post a Comment