Memelihara
anak kambing ( cempe) memberikan pengalaman tersendiri terutama bagi kami, peternak
kambing pemula. Bagi peternak yang sudah
memiliki banyak pengalaman mungkin hal ini tidak menjadi masalah tetapi bagi
kami para peternak pemula menjadi hal yang sangat menarik dan menantang.
Pada awalnya saya menganggap gampang, kambing beranak , kemudian kandang dibersihkan setelah itu urusan tergantung induk kambing, that is it. Kemudian tunggu waktu empat bulan cempe disapih dan induknya dikawinkan lagi, setelah lima bulan beranak lagi. Cempe pertama setelah 1 tahun menjadi kambing dewasa dan siap dijual, ada uang masuk dan uang dalam rekening kami akan bertambah. Woaowww.
Pada awalnya saya menganggap gampang, kambing beranak , kemudian kandang dibersihkan setelah itu urusan tergantung induk kambing, that is it. Kemudian tunggu waktu empat bulan cempe disapih dan induknya dikawinkan lagi, setelah lima bulan beranak lagi. Cempe pertama setelah 1 tahun menjadi kambing dewasa dan siap dijual, ada uang masuk dan uang dalam rekening kami akan bertambah. Woaowww.
Setelah
beberapa bulan memelihara kambing, kami
sangat senang karena sudah ada kambing yang dikawinkan. Bulan bulan berikutnya menjadi cerita yang
menggairahkan bagi anggota kelompok kambing Padang Sari. Setiap anggota
kelompok peternak rata-rata memiliki 5
ekor kambing dewasa. Setiap bulan ada saja kambing dewasa yang dikawinkan.
Setelah menunggu lima bulan cempe pertama lahir dan kami sambut dengan gembira
layaknya anak anak mendapatkan hadiah mainan dihari ulang tahunnya. Cerita
kelahiran cempe langsung menyebar diantara anggota kelompok peternak Padang Sari.
Cempe tersebut sangat lucu dan gemuk, Sungguh Indahhhhhh.
Pada hari ke
dua cempe mulai ribut, selalu mengembik dengan suara yang sedikit melengking.
Kami sama sekali tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Cempe masih bergerak
aktif mengikuti gerakan induknya dan selalu mencari susu induknya. Pada hari
ketiga kami dikejutkan dengan mendapati
cempe yang sudah loyo, tidak mampu berdiri dan tampak lebih kurus. Kemudian kami bantu untuk mendapatkan susu
dengan mendekatkan cempe kesusu induknya dan cempe sudah tidak bisa menyusu.
Sore hari pada hari ketiga cempe pertama yang kami miliki mati. It was dead.
Sungguh menyedihkan kami kehilangan hadiah pertama kami. Pada bulan berikutnya
kami mendapatkan cempe yang ke dua, cempe tersebut hanya bertahan seminggu dan
kemudian modarrrr. Dalam satu semester dari 22 orang anggota kelompok peternak
kami hanya mendapatkan cempe yang selamat tidak lebih dari 5 ekor. Seterusnya
melihat dan memperhatikan, menghitung
cempe yang mati sebelum menjadi kambing dewasa sungguh sangat
mencengangkang. Bagi kami petani kecil jumlah biaya yang telah kami keluarkan
untuk memelihara kambing adalah sangat besar. Tingkat kematian cempe rata-rata lebih 50 persen. Hal ini tidak bisa dibiarkan, bila dihitung secara ekonomi pasti rugi dong. Apa jalan keluarnya?
Didalam
kelompok kami yang rata-rata tidak memiliki pengalaman dalam memelihara
kambing hal ini menimbulkan sesuatu yang
menarik. Seperti pepatah Bali yang
dikatakan “ I bute menimpal teken I
bongol”. Yang berarti orang buta
berkawan dengan orang tuli yang berusaha menyelesaikan satu masalah. Tidak ada
yang salah dengan hal tersebut, tetapi perlu waktu dan kesabaran yang cukup
untuk menyelesaikan masalah. Kami saling bertanya dan saling bertengkar dengan
teman sesama anggota kelompok tetapi tidak ada yang memiliki solusi yang tepat,
dan juga masalahnya tidak selalu sama. Kami juga telah berusaha menghubungi
para petugas peternakan negeri tercinta ini di lapangan untuk membantu kami tetapi hal
tersebut juga tidak terlalu membantu karena beliau-beliau tersebut lebih banyak
memiliki pengalaman beternak sapi atau beternak babi. Tidak banyak membantu. Kenyataan ini menyadarkan kami bahwa Kambing,
sapi dan babi memiliki satu kesamaan yaitu sama sama binatang berkaki
empat. Dasar binatang kau…… Jalan lain adalah kami membeli buku-buku
panduan tentang beternak kambing. Kami
datangi toko buku terbesar di propinsi kami, propinsi Bali yaitu Denpasar.
Tidak banyak buku tentang beternak kambing padahal bila menonton televisi atau
membaca Koran lokal maupun Nasional banyak perguruan tinggi yang memiliki
jurusan peternakan. Tetapi mereka belum
banyak yang menulis tentang tatacara beternak kambing. Kami membeli lebih dari 2 buku tentang
beternak kambing, tetapi pada buku tersebut tidak ada yang membahas hal hal
yang bersifat teknis yang cukup rinci sehingga tidak banyak membantu. Padahal bila diperhatikan banyak sekali Universitas
yang memiliki Guru Besar dibidang peternakan tetapi buku-bukunya tidak cukup
membantu. Apakah karena banyak kampus
yang lebih tertarik mencetak “Tikus Hybrid”. Mau protes ke kampus, gila
kaliiiii.
Setress
dong? Tidaklah yaoww. Hidup di Indonesia sudah memberikan pelajaran
yang memadai bagaimana cara mengatasi masalah tanpa stress. Sudah tiap hari kita telah dididik oleh
masyarakat umum, sudah tiap hari kita
telah melihat peraturan dilanggar oleh penegak hokum, tiap hari kita melihat
para penguasa bertindak tidak sesuai dengan
harapan masyarakat dan kata kuncinya
adalah S A
B A R
R R.
Betulllll.
Kesabaranlah yang akhirnya menuntun kami mencari jalan keluar. Kami dengan
telaten menghadapi masalah, kami dengan telaten menghadapi cempe yang sakit dan kemudian akhirnya mati. Kematian cempe dapat disebabkan oleh banyak hal, mati
karena penyakit, mati karena diinjak oleh induknya atau karena hal lain. Cempe
mati karena penyakit biasanya didahului
oleh daya tahan anak kambing yang rendah. Daya tahan yang rendah dapat
diakibatkan oleh makanan atau susu yang tidak mencukupi. Penyakit
cempe juga bisa diperoleh akibat tertular dari kambing –kambing yang
lain. Cempe yang mati akibat kekurangan gizi cukup banyak,
karena setelah diperhatikan banyak induk kambing yang tidak memiliki air susu yang cukup untuk menghidupi anaknya.
Jangan jangan ini meniru fenomena alam manusia,
problem A S I (Air Susu Induk). Kami memang tidak tahu memilih calon indukan
yang cukup bagus untuk digunakan sebagai
indukan karena memang kami tidak tahu persyaratannya. Dengan melakukan beberapa pengamatan maka
dapat kami sampaikan bahwa untuk kondisi lingkukangan alam dan kondisi kambing yang
kami miliki bahwa dedaunan dan rerumputan saja tidak cukup guna memberikan gizi yang seimbang agar
supaya kambing kami menghasilkan susu
yang sesuai kebutuhan. Akhirnyan kami harus memberikan tambahan pakan seperti dedak
padi dan kadang-kadang konsentrat.
Setelah diberikan pakan tambahan maka
air susu induk kambing menjadi lebih banyak
dan mengakibatkan kematian cempe berkurang.
Tetapi tambahan suplemen makanan ini belum tentu ekonomis untuk kondisi
kami. Hal ini juga belum tentu solusi yang terbaik buat kambing kami. Sampai
saat ini kami masih mencari pakan alternative. Ada yang bisa membatukah………… …………..T O
L O N
G K A
M I.
Kematian
cempe karena penyakit lebih karena
dimulai dengan kekurangan gizi. Cempe diberikan vaksin setelah berumur 1
minggu. Kebersihan kandang juga berpengaruh pada kesehatan cempe. Sinar
matahari yang cukup sangat mengurangi kemungkinan cempe tertular penyakit. Cempe yang mendapatkan sinar matahari yang
cukup dan berada pada kandang yang bersih lebih banyak yang hidup.
No comments:
Post a Comment