Tuesday, September 10, 2013

Memelihara Anak Kambing (cempe) bagi Peternak Pemula


photo.JPG          Memelihara anak kambing ( cempe) memberikan pengalaman tersendiri terutama bagi kami, peternak kambing pemula.  Bagi peternak yang sudah memiliki banyak pengalaman mungkin hal ini tidak menjadi masalah tetapi bagi kami para peternak pemula menjadi hal yang sangat menarik dan menantang.
  Pada awalnya saya menganggap gampang, kambing beranak , kemudian kandang dibersihkan setelah itu urusan tergantung induk kambing, that is it. Kemudian tunggu waktu empat bulan cempe disapih dan induknya dikawinkan lagi, setelah lima bulan beranak lagi. Cempe pertama setelah 1 tahun menjadi kambing dewasa dan siap dijual, ada uang masuk dan uang dalam rekening kami akan bertambah. Woaowww.
           Setelah beberapa bulan memelihara kambing,  kami sangat senang karena sudah ada kambing yang dikawinkan.  Bulan bulan berikutnya menjadi cerita yang menggairahkan bagi anggota kelompok kambing Padang Sari. Setiap anggota kelompok peternak rata-rata memiliki  5 ekor kambing dewasa. Setiap bulan ada saja kambing dewasa yang dikawinkan. Setelah menunggu lima bulan cempe pertama lahir dan kami sambut dengan gembira layaknya anak anak mendapatkan hadiah mainan dihari ulang tahunnya. Cerita kelahiran cempe langsung menyebar diantara anggota kelompok peternak  Padang Sari.  Cempe tersebut sangat lucu dan gemuk, Sungguh  Indahhhhhh. 
photo.JPG
          Pada hari ke dua cempe mulai ribut, selalu mengembik dengan suara yang sedikit melengking. Kami sama sekali tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Cempe masih bergerak aktif mengikuti gerakan induknya dan selalu mencari susu induknya. Pada hari ketiga kami dikejutkan  dengan mendapati cempe yang sudah loyo, tidak mampu berdiri dan tampak lebih kurus.  Kemudian kami bantu untuk mendapatkan susu dengan mendekatkan cempe kesusu induknya dan cempe sudah tidak bisa menyusu. Sore hari pada hari ketiga cempe pertama yang kami miliki mati. It was dead. Sungguh menyedihkan kami kehilangan hadiah pertama kami. Pada bulan berikutnya kami mendapatkan cempe yang ke dua, cempe tersebut hanya bertahan seminggu dan kemudian modarrrr. Dalam satu semester dari 22 orang anggota kelompok peternak kami hanya mendapatkan cempe yang selamat tidak lebih dari 5 ekor. Seterusnya melihat dan memperhatikan, menghitung  cempe yang mati sebelum menjadi kambing dewasa sungguh sangat mencengangkang. Bagi kami petani kecil jumlah biaya yang telah kami keluarkan untuk memelihara kambing adalah sangat besar. Tingkat kematian cempe  rata-rata lebih 50 persen.  Hal ini tidak bisa dibiarkan,  bila dihitung secara ekonomi  pasti rugi dong. Apa jalan keluarnya?
          Didalam kelompok kami yang rata-rata tidak memiliki pengalaman dalam memelihara kambing  hal ini menimbulkan sesuatu yang menarik.  Seperti pepatah Bali yang dikatakan “ I bute menimpal teken I  bongol”.  Yang berarti orang buta berkawan dengan orang tuli yang berusaha menyelesaikan satu masalah. Tidak ada yang salah dengan hal tersebut, tetapi perlu waktu dan kesabaran yang cukup untuk menyelesaikan masalah. Kami saling bertanya dan saling bertengkar dengan teman sesama anggota kelompok tetapi tidak ada yang memiliki solusi yang tepat, dan juga masalahnya tidak selalu sama. Kami juga telah berusaha menghubungi para petugas peternakan negeri tercinta ini  di lapangan untuk membantu kami tetapi hal tersebut juga tidak terlalu membantu karena beliau-beliau tersebut lebih banyak memiliki pengalaman beternak sapi atau beternak babi.  Tidak banyak membantu.  Kenyataan ini menyadarkan kami bahwa Kambing, sapi dan babi memiliki satu kesamaan yaitu sama sama binatang berkaki empat.  Dasar binatang kau……   Jalan lain adalah kami membeli buku-buku panduan tentang beternak kambing.  Kami datangi toko buku terbesar di propinsi kami, propinsi Bali yaitu Denpasar. Tidak banyak buku tentang beternak kambing padahal bila menonton televisi atau membaca Koran lokal maupun Nasional banyak perguruan tinggi yang memiliki jurusan peternakan.  Tetapi mereka belum banyak yang menulis tentang tatacara beternak kambing.  Kami membeli lebih dari 2 buku tentang beternak kambing, tetapi pada buku tersebut tidak ada yang membahas hal hal yang bersifat teknis yang cukup rinci sehingga tidak banyak membantu.  Padahal bila diperhatikan banyak sekali Universitas yang memiliki Guru Besar dibidang peternakan tetapi buku-bukunya tidak cukup membantu.  Apakah karena banyak kampus yang lebih tertarik mencetak “Tikus Hybrid”. Mau protes ke kampus, gila kaliiiii.
          Setress dong?    Tidaklah yaoww.  Hidup di Indonesia sudah memberikan pelajaran yang memadai bagaimana cara mengatasi masalah tanpa stress.  Sudah tiap hari kita telah dididik oleh masyarakat  umum, sudah tiap hari kita telah melihat peraturan dilanggar oleh penegak hokum, tiap hari kita melihat para penguasa bertindak tidak sesuai  dengan harapan masyarakat  dan kata kuncinya adalah                    S     A    B    A   R    R    R. 
photo.JPG           Betulllll. Kesabaranlah yang akhirnya menuntun kami mencari jalan keluar. Kami dengan telaten menghadapi masalah, kami dengan telaten menghadapi cempe  yang sakit dan kemudian akhirnya mati. Kematian  cempe dapat disebabkan oleh banyak hal, mati karena penyakit, mati karena diinjak oleh induknya atau karena hal lain. Cempe mati karena penyakit  biasanya didahului oleh daya tahan anak kambing yang rendah. Daya tahan yang rendah dapat diakibatkan oleh makanan atau susu yang tidak mencukupi.  Penyakit  cempe juga bisa diperoleh akibat tertular dari kambing –kambing yang lain.  Cempe  yang mati akibat kekurangan gizi cukup banyak, karena setelah diperhatikan banyak induk kambing yang tidak memiliki  air susu yang cukup untuk menghidupi anaknya. Jangan jangan ini meniru fenomena alam manusia,  problem A S I (Air  Susu  Induk).  Kami memang tidak tahu memilih calon indukan yang  cukup bagus untuk digunakan sebagai indukan karena memang kami tidak tahu persyaratannya.  Dengan melakukan beberapa pengamatan maka dapat kami  sampaikan bahwa untuk kondisi  lingkukangan alam dan kondisi kambing yang kami miliki bahwa dedaunan dan rerumputan saja tidak cukup  guna memberikan gizi yang seimbang agar supaya kambing kami menghasilkan  susu yang sesuai kebutuhan. Akhirnyan kami harus memberikan tambahan pakan seperti dedak padi dan kadang-kadang konsentrat.  Setelah diberikan  pakan tambahan maka air susu induk kambing menjadi lebih banyak  dan mengakibatkan kematian  cempe  berkurang.  Tetapi tambahan suplemen makanan ini belum tentu ekonomis untuk kondisi kami. Hal ini juga belum tentu solusi yang terbaik buat kambing kami. Sampai saat ini kami masih mencari pakan alternative.  Ada yang bisa membatukah………… …………..T   O    L  O  N  G    K  A   M   I.

          Kematian cempe karena penyakit  lebih karena dimulai dengan kekurangan gizi. Cempe diberikan vaksin setelah berumur 1 minggu. Kebersihan kandang juga berpengaruh pada kesehatan cempe. Sinar matahari yang cukup sangat mengurangi kemungkinan cempe tertular penyakit.  Cempe yang mendapatkan sinar matahari yang cukup dan berada pada kandang yang bersih lebih banyak yang hidup.
photo.JPG

No comments:

Post a Comment